Yogyakarta, 13 Oktober 2019 Malioboro dipadati ribuan santri dalam
menyemarakkan Grebeg Santri sebagai rangkaian salah satu acara menyongsong Hari
Santri Nasional. Grebeg Santri tersebut menjadi momentum yang ada pada tiap
tahunnya dalam ajang unjuk bakat, kreativitas dan solidaritas. Acara yang
digalakkan oleh PWNU-DIY tersebut mengundang 50 Kontingen dari seluruh pondok
pesantren se-DIY: 45 Kontingen undangan dan 5 Kontingen khusus, dari beberapa
kontingen tersebut, 4000 santri memeriahkan Grebeg Santri dengan berbagai
atraksi. Acara yang sudah berlangsung ketiga kali ini, mendapat apresiasi dari
penonton yang memadati sepanjang jalan dari Abu Bakar Ali hingga sampai
Alun-alun Utara Yogyakarta.
Lagu Indonesia Raya dan Syubbanul Wathon menjadi pengiring acara
pembuka Grebeg Santri yang terletak di halaman gedung DPRD Yogyakarta. Ketua PWNU
DIY, yang diwakilkan oleh Fahmi Akbar Idris dalam sambutannya menyampaikan, “Acara
Grebeg Santri ini merupakan refleksi bahwa ekspresi beragama tidak melulu di
masjid, pondok pesantren. Tetapi, di jalan pun bisa.” Selain itu Gubernur DIY
juga memberi sambutan yang berisi, Grebeg Santri sebagai moment santri dalam kontribusi
kebudayaan. Grebeg Santri sebagai bekal penciptaan kreasi dan karsa di masa
mendatang. Tak ketinggalan, ketua panitia HSN Muhammad Nilzam Yahya
menyampaikan, “Grebeg Santri sebagai upaya dari santri untuk menyemarakkan Hari
Santri Nasional. Santri adalah bagian dari Indonesia, santri mempunyai
kecintaan terhadap Indonesia.”
Dengan mengusung tema, ‘Santri Nyawiji, Indonesia Gumbregah’, santri
mampu menunjukkan kegiatannya yang tak hanya terfokus pada kegiatan mengaji
saja, tapi santri mampu menunjukkan keberagaman kebudayaan nusantara dengan
penggunaan pakaian adat, tarian dan simbol budaya yang mereka kreasikan dalam
bentuk patung atau pun mascot. Hal tersebut menunjukkan bahwa tradisi dan agama
tak melulu bertentangan, ia mampu membaur bersama tuntutan zaman. Rute yang
digunakan dari Pojok Malioboro sampai titik 0 Malioboro.
Beberapa dewan pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir turut ikut
dalam acara Grebeg Santri, yaitu Gus Hilmy Muhammad dan K.H. Fairuzi Afiq
Dalhar. Kontingen Al-Munawwir terdiri dari Komplek Q, Komplek R2, Komplek
Madrasah Huffadz dan Ribatul Qur’an dan Komplek Nurussalam. Komplek Nurussalam
sendiri mengirim 70 peserta yang terdiri dari santri putra dan putri. Tema yang
diusung adalah, ‘Santri Indonesia, Santri Berbudaya’. Sesuai dengan temanya,
Nurussalam memeragakan kisah pewayangan Jawa yaitu Dewi Sinta, Srikandi dan
Punokawan beserta prajurit-prajuritnya. Ketua panitia dari Nurussalam yaitu, Tisna Pangestu memberikan komentarnya mengenai Grebeg Santri ini, "Grebeg Santri dalam memperingati Hari Santri Nasional 2019 bukanlah sebagai festival belaka. Melainkan sebuah seremonial yang memiliki makna mendalam. Dengan temanya, 'Santri Nyawiji, Indonesia Gumbregah' merupakan suatu bentuk implementasi Khittah perjuangan santri yang masih sama dan akan tetap sama, dengan turut andil bagian untuk menjaga dan mempertahankan NKRI".
Dengan adanya acara ini, santri mampu membuktikan bahwasannya tak melulu di pondok pesantren saja ia berkembang, dimana pun ia mampu menunjukkan kreatifitasnya dalam memeragakan seni yang tersirat banyak pesan untuk refleksi kepada penonnton. (aeninnafs/red)
0 komentar:
Posting Komentar