"Damai Menyejukkan" Official Blog of Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Nurussalam

Video of the Day

Mei 11, 2019

Bulan Ramadhan adalah Bulan Bonus oleh K. H. Zacky Muhammad, L.C



Kamis, 9 Mei 2019 tepatnya 5 Ramadhan 1440 H, Nurussalam kerawuhan Bapak Zaky Muhammad yang menjadi pengisi Mauidzoh Hasanah. Di awal  Mau’idzhohnya, beliau menyampaikan bahwasannya kemauan kita berpuasa  menunjukkan keimanan kita. Sedangkan, nikmat manusia adalah dianugerahi iman.

Beliau menyebut bulan Ramadhan sebagai bulan bonus. Mengapa? Karena pada Bulan Ramadhan, pahala dilipatgandakan dibanding bulan-bulan lain. Selain itu beliau juga menjelaskan tentang apa yang disebut dengan bonus dalam Bulan Ramadhan yaitu adanya Malam Lailatul Qadr. Malam tersebut  memiliki keagungan lebih baik dari seribu bulan dan siapapun yang mendapatkan malam Lailatul Qadr, maka ia akan dibebaskan dari siksa neraka.

Sebagai seorang hamba yang haus akan rahmat Allah, alangkah baiknya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Salah satunya berusaha untuk mendapatkan malam Lailatul Qadr. Lalu kapan waktu  yang tepat untuk  mempersiapkan  malam tersebut? Persiapannya yaitu tak hanya dilakukan dari akhir bulan Ramadhan saja. Akan tetapi persiapan dilakukan dari malam 1 Ramadhan, bahkan alangkah lebih baik  mempersiapkannya dari bulan Rajab. Mengapa persiapannya harus dilakukan jauh-jauh hari? Seperti yang telah tertera dalam qasidah yang biasa disenandungkan,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Nah dari bait qasidah tersebut kita dapat melihat, sebelum datangnya Ramadhan  ada  Bulan Sya’ban. Sedangkan, di bulan Syaban terdapat nishfu sya’ban yang mana rasulullah menyukai bulan ini. Rasulullah sangat menggemari puasa di Bulan Rajab dan  Sya’ban. Hal tersebut sesuai dalam hadits yang berbunyi:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ.....
وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، 

فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa. (HR. An-Nasa'i. "Hasan" menurut Al-Albani)Titik beratnya terdapat pada kalimat  تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَال.

Catatan amal akan diangkat pada nisfu sya’ban. Jika pada hari-hari biasa catatan amal hanya diperlihatkan, misalnya : pada hari Senin catatan amal kita diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW, hari Kamis catatan amal kita diperlihatkan kepada leluhur. Maka pada nisfu sya’ban catatan amal akan diperbarui dengan catatan baru dilaporkan kepada Allah. Lalu pada Malam Lailatul Qadr, catatan amal tersebut dilaporkan kepada Allah lalu disahkan.

Setelah diketahui waktu mempersiapkan Malam Lailatul Qadr, maka kita harus mengetahui tentang sesuatu  yang harus dilakukan untuk mendapatkan Malam Lailatul Qadr yaitu, puasa, sholat tarawih dan membaca al-Qur’an. Makna puasa untuk mendapatkan malam tersebut, yaitu untuk melemahkan syahwat dan mengendalikan nafsu, sehingga ketika datangnya Malam Lailatul Qadr, manusia sudah pantas untuk menerimanya. Kemudian beliau menjelaskan,  bahwa dalam Sholat Tarawih lebih diutamakan untuk memperbanyak bacaan al-Qur’an. Hal ini berhubungan dengan syarat ketiga untuk mendapatkan Malam Lailatul Qadr yaitu membaca al-Qur’an. Ada dua metode membaca al-Quran: 1) Tilawah, yaitu membaca al-Qur’an degan berkelanjutan. 2) Qira’ah, yaitu membaca al-Qur’an dengan tadabbur/ perenungan makna-maknanya. (aeninnafs/red)




Nurussalam

Author & Editor

Tim NUSA Media



0 komentar:

Posting Komentar

Social Time

Facebook
Like Us
Google Plus
Follow Us
Instagram
Follow Us
Youtube
Subscribe Us

Subscribe to our newsletter

(Get fresh updates in your inbox. Unsubscribe at anytime)