Penutupan Program Khusus Ramadhan di Pondok Pesantren Almunawwir komplek Nurussalam usai digelar pada 5 Juni 2018 lalu selepas jama’ah sholat tarawih.
Sambutan dari K.H Fathoni Dalhar menjadi pembuka dalam acara ini. Beliau berpesan pada para santri agar dapat mengambil ilmu yang ada di Nurussalam semaksimal mungkin agar dapat dimanfaatkan khususnya ketika pulang libur Ramadhan selepas acara ini.
Acara yang diadakan sekaligus sebagai peringatan Nuzulul Qur’an ini juga diisi dengan mauidzhoh hasanah oleh Dr. Muh Tantowi M.Ag. yang mengangkat tema Membumikan Islam Rahmatan Lil ‘alamin dalam spirit moderasi, toleransi, dan saling mengasihi. Beliau mengungkapkan beberapa poin dan inti sebagai berikut :
1. Pendidikan di pondok pesantren tidak linier seperti pendidikan
formal yang hanya menghatamkan silabi. Mengutip slogan Institut of Sai Baba
(India) yakni The soul of education is education of the soul. Artinya
adalah substansi pendidikan bukan hanya sekedar mendidik akal, tetapi juga
mendidik ruh. Pendidikan di pondok
pesantren adalah pendidikan berbasis nilai. Bukan hanya transformasi informasi
karena perubahan ada bukan karena pengetahuan, melainkan sebab adanya
kesadaran.
2. Beliau mengungkapkan bahwa sejatinya kebiasaan sehari- hari para santri
ialah salah satu bentuk perwujudan sikap toleran dalam diri seseorang.
Toleransi tidak hanya dilakukan melalui pendidikan saja, melainkan harus
dilakukan secara terus menerus bahkan menjadi sebuah kebiasaan sehingga terbentuk
menjadi karakter diri. Jarang sekali santri pondok pesantren tidak toleran, la
wong mandi aja ngantri (kalau mau mandi aja ngantri).
3. Dalam konteks Nuzulul Qur’an, pada hakikatnya malam ini sama dengan malam-
malam lainnya. Akan tetapi sebab adanya peristiwa Nuzulul Qur’an- lah
yang menyebabkan malam ini rasanya istimewa dan berbeda dibanding malam lainnya.
Nuzulul Qur’an sama dengan memasukkan nilai2 Al-Qur’an dalam diri kita. Al- Qur’an
berisi rahmat, akan tetapi bahaya jika Al-Qur’an turun pada diri dan akal yang
tidak jernih. Bukannya menebar rahmat akan tetapi justru membuat adzab.
4. Jangan melihat baik buruknya sesuatu dari bentuk dzhohirnya. Bisa jadi
sesuatu itu baik meskipun kelihatannya biasa saja. Dalam konsep Nabi, konsep
Islam, hidup yang sebenarnya adalah hidup yang dapat bermanfaat bagi orang
lain.
5. Sayyid muhammad mengatakan bahwa :
الطالب اذا يتعلم و يخدم فاستقامة فتحت انواع
ابواب عليه البراكة
“At tholib yata’allam wa yakhdum
famanistaqoma bihima futihat anwa’u abwabil barokah”
Seorang santri jika benar- benar memegang
dengan sungguh-sungguh ta’allam (belajar), lalu diiringi dengan khidmah
(bakti) kepada guru-guru dan ilmunya meskipun hanya mendapatkan sedikit
dari ilmu tersebut, pulang dari pondok insyaalllah pintu- pintu keberkahan
sudah menyambut santri2 yang penuh dedikasi dalam belajar dan punya niat kuat
untuk khidmah linasril ‘ilmi wad din. Yang terpenting adalah ngaji
dengan sungguh-sungguh. Pinter itu
sebetulnya tidak begitu penting, akan tetapi merupakanfadhol dari gusti
Allah
6. Santri ketika mondok yang terpenting adalah melihat ilmunya kyai, keterbatasan
fasilitas kalah dengan rasa senang terhadap ilmu kyainya.
Terakhir, untuk menumbuhkan semangat tholabul
‘ilmi para santri Dr. Muh Tantowi menutup mauidzhoh hasanah malam
itu dengan mengutip kalimat dari K.H Najib Abdul Qodir yakni “Mumpung
iseh lego, iseh sempet. Dilanyahno Qur’an e, ditenani kitab e”
Wallahua’alam bish showwab. (TrD/ Naya)
0 komentar:
Posting Komentar