"Damai Menyejukkan" Official Blog of Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Nurussalam

Video of the Day

Januari 24, 2018

MOSAB NURUSSALAM PUTRI : Jangan Sekali- kali Mengesampingkan Ngaji

Masa orientasi santri baru
Masa Orientasi Santri Baru Komplek Nurussalam Putri 2017
Pondok Pesantren Al- Munawwir adalah pondok pesantren yang didirikan oleh K.H M. Munawwir Abdullah Rasyid pada 1991. Ciri khas pendidikannya yakni mengenai pendidikan Al- Qur’an. Dahulunya,K.H M. Munawwir memiliki 150 santri dan selepas lulus dari Pondok Pesantren Al- Munawwir, semuanya menjadi seorang kyai dan memiliki pondok pesantren.
Diantara banyaknya komplek yang ada di Pondok Pesantren Al- Munawwir, Nurussalam adalah salah satu pondok puteri pertama di Krapyak yang didirikan oleh Nyai Hj. Salimah Munawwir. Setiap tahunnya, Komplek Nurussalam Putri membuka penerimaan santri baru yang hendak belajar kitab maupun menghafal Al- Qur’an di komplek Nurussalam. Tak kenal. maka tak sayang. Oleh karena itu, setiap santri baru diwajibkan mengikuti rangkaian acara Masa Orientasi Santri Baru (MOSAB) untuk lebih mengenal Pondok Pesantren Al- Munawwir khususnya komplek Nurussalam, serta ajang perkenalan dengan santri baru lainnya.
Kali ini, MOSAB Nurussalam Putri dilaksanakan pada tanggal 1- 3 Desember 2017 yang diikuti oleh seluruh santri baru putri dengan jumlah sekitar 50 anak. Acara ini dibuka oleh pengasuh Komplek Nurussalam yakni Abah K.H Fairuzi Afiq Dalhar. Disinilah seluruh santri diperkenalkan mengenai lingkungan kepesantrenan dan ke- aswaja- an. MOSAB tahun ini mengusung tema “Menyiapkan Santri Berakhlaqul Karimah dalam Era Milenial”. Dalam pembukaan MOSAB ini, abah uzi berpesan bahwa tujuan mondok adalah untuk mengaji dan Tholabul ‘ilmi, oleh karena itu jangan sekali- kali mengesampingkan ngaji. Menjadi seorang santri haruslah mampu menjadi contoh bagi masyarakat, mampu menjaga sikap dan tutur kata layaknya santri. Jangan sampai santri tidak ada bedanya dengan yang bukan santri. Begitulah pesan abah dalam pembukaan MOSAB santri baru pada malam pembukaan 1 Desember 2017.
Setelah acara pembukaan selesai, rangkaian acara lainnya telah menanti untuk dilaksanakan. Materi pertama mengenai Ke- Almunawwiran. Dalam materi ini, seluruh santri diperkenalkan mengenai sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al- Munawwir, pendirinya, serta dzurriyah. Dipaparkan bahwa Pondok Pesantren Al- Munawwir didirikan oleh kyai hebat dengan perjuangan dan tirakat beliau yang juga luar biasa. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak orang- orang hebat diluar sana seperti para pejabat negara, kyai dan ulama besar banyak yang dilahirkan dari Pondok Pesantren Al- Munawwir. Menjadi suatu kebanggaan bisa beerkesempatan menuntut ilmu serta menjadi bagian dari keluarga Pondok Pesantren Al- Munawwir ini.
Selain diperkenalkan mengenai Ke- Al munawwiran dan seluruh komplek di Pondok Pesantren Al- Munawwir Krapyak, kami juga diberikan materi mengenai Ke- aswaja- an dan Ke- NU an oleh Bapak. K.H Fuad Asnawi. Pondok Pesantren Krapyak, termasuk komplek Nurussalam, merupakan pondok salafiyah Nahdlatul Ulama yang berbasis Ahlussunnah Wal Jama’ah. Lagu cinta tanah air yang sangat populer dikalangan santri NU adalah “Syubbanul Wathan” karya K.H Wahab Chasballah. Tak hanya unggul dalam popularitas, lagu ini juga memiliki arti serta nada yang tentunya membangkitkan semangat para santri serta menumbuhkan kecintaan kepada negeri Indonesia.
Tidak cukup sampai disitu materi dari rangkaian acara MOSAB kali ini, sebab masih ada lagi rangkaian acara yang belum dilaksanakan. Pada hari berikutnya, kami menerima materi mengenai kepemimpinan yang disampaikan oleh Gus Faiq Muhammad juga pelatihan menulis huruf arab pegon oleh Fadloilul Latifah.
Dengan mengikuti Mosab ini, banyak sekali ilmu yang kami dapatkan. Disini kami diajarkan untuk mengabdi dan memiliki sikap tawadhu’ kepada para ustadz dan ustadzah, sebab mengabdikan diri kepada guru lebih utama daripada belajar untuk mengejar ilmu. Dengan mengabdi kepada guru, maka akan mendapat barokah beliau. Begitulah pesan yang disampaikan oleh Gus Faiq dalam materi kepemimpinan.
Di penghujung rangkaian acara, ada hal menarik yang perlu dilakukan santri baru yakni jalan kaki menuju maqbaroh dzurriyah krapyak yang berjarak kurang lebih 6 Km dengan mengenakan sarung. Hal ini unik karena santri putri yang tidak biasa mengenakan sarung tentu merasa kesulitan dan kerepotan harus berjalan sejauh itu. Akan tetapi, sarung merupakan identitas dari santri baik putra maupun putri. Sarung menggambarkan kesederhanaan layaknya kehidupan para santri di pesantren yang penuh kesederhanaan. (Nurlailatul Rohmah/ Nailil Fithriyyah)

            


Nurussalam

Author & Editor

Tim NUSA Media



1 komentar:

Social Time

Facebook
Like Us
Google Plus
Follow Us
Instagram
Follow Us
Youtube
Subscribe Us

Subscribe to our newsletter

(Get fresh updates in your inbox. Unsubscribe at anytime)