![]() |
Source: google.com |
Ramadhan secara bahasa merupakan
bentuk masdhar dari kata رمض yang artinya panas (red: membakar dosa).
Menurut Abdullah alfakihy kata Ramadhan merupakan isim ghairu munshorif (red : isim yang tidak bisa
kemasukan tanwin dan tanda jernya menjadi fathah jika isim tersebut dijerkan)
sebabnya karena ramdhan merupakan isim ‘alam (isim yang berarti nama)
dan pada akhir ada 2 tambahan alif dan nun[1].
Ramadhan adalah bulan yang penuh
berkah, penuh ampunan, penuh dengan pahala dan bulan yang penuh dengan
kemuliaan. Pada bulan Ramadhan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup syaitan-syaithan dibelenggu. Di bulan
Ramadhan juga terdapat suatu malam yang lebih baik dari malam seribu bulan yang kerap disebut lailatul qadr.
Allah sangat memuliakan bulan ini
karena juga merupakan
waktu dimana kitab-kitab
dan suhuf (wahyu yang turun tetapi tidak dibukukan) diturunkan. Seperti
suhufnya nabi Ibrahim yang turun pada malam pertama bulan Ramadhan,
kitab Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa As pada malam ke-6 bulan Ramadhan, kemudian diturunkanya suhufnya nabi Ibrahim 700 tahun kemudian, kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi Daud As pada malam ke-12
bulan Ramdhan setelah 500 tahun diturunkanya kitab Taurat, kitab Injil yang
diturunkan kepada nabi Isa As pada hari ke-18 bulan Ramdhan setelah 1100 tahun
diturunkannya
kitab Zabur , kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW pada malam
ke-27 bulan Ramadhan setelah 620 tahun diturunkannya
kitab Injil [2].
Nabi Muhammad juga sangat memuliakan
bulan Ramadhan, Ibnu Abbas pernah meriwayatkan suatu hadits yang berbunyi :
لو تعلم امّتي ما في رمضان لتمنواان تكون السنة كلّها رمضان
Artinya ; “Andaikan umatku mengetahui apa yang
terkadung dalam bulan Ramadhan niscaya mengharapkan setiap tahun agar selalu
menjadi Ramadhan”
Pada bulan Ramadhan, terdapat kebaikan yang terkumpul yang membuatnya
berbeda dengan bulan- bulan lainnya seperti dikabulkannya do’a, dosa- dosa diampuni bahkan pintu surga merindukan orang yang menjalankan puasa wajib pada bulan
mulia tersebut.
Terdapat 3 macam tingkatan orang yang
berpuasa yaitu[3]
:
a.
Puasa awam (puasanya orang biasa) yaitu puasa
yang hanya menahan lapar, minum dan farji dari perkara yang mendatangkan
syahwat.
b.
Puasa khas (puasanya orang- orang shalih) yaitu puasa yang tidak hanya menahan
segala hal pada tingkatan pertama, akan tetapi juga menahan
pendengaran dari omongan yang jelek, menahan lisan dari berbicara kotor,
menahan penglihatan yang mengundang syahwat, menahan tangan dan kaki agar terhindar
dari perilaku yang mendatangkan kejelekan.
c.
Puasa khasul khawas
(para Nabi) yaitu puasa hati dari kesusahan dunia, terlalu memikirkan perkara
duniawi, dan hanya memikirkan Allah dalam setiap kegiatannya.
Pada bulan Ramadhan, segala hal dihitung
dengan bobot nilai ibadah. Bahkan menghadiri
majelis
ilmu dalam bulan Ramadhan pahalanya sangatlah banyak yakni ganjaran setiap langkahnya dihitung sebagai ibadah selama setahun. Sesuai dengan hadits nabi berikut ini:
عن انس بن مالك رضى الله
تعالى عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال من حضر
مجلس العلم في رمضان كتب الله بكل قدم عبادة سنة....,.. ومن قضى حاجة أخيه المسلم في رمضان قضى
الله تعالى له ألف حاجة يوم القيامة.
Artinya : “ Diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra, Nabi Muhammad telah bersabda :
“Barang siapa yang menghadiri majlis ilmu (mencari ilmu) maka bagi tiap-tiap
langkahnya dihitung sebagai ibadah setahun,…dan barang siapa yang mengabulkan
hajatnya saudaranya sesama muslim didalam bulan Ramadhan maka Allah mengabulkan
baginya (read: orang tersebut) seribu
hajat di hari kiamat ” wallahu a’lam[4].
Oleh karena itu, hendaknya kita mampu
memuliakan dan menyambut bulan Ramadhan ini dengan penuh suka cita sebagaimana
ia dimuliakan oleh Allah dan Rasulnya. Terlebih lagi ganjaran yang berlipat
ganda serta keutamaan lainnya yang tidak akan ditemukan pada bulan selain
Ramadhan membuat kita seharusnya mampu memanfaatkan momen ini sebagai ajang
bermuhasabah diri dan semakin mendekat kepada Allah dan memupuk keimanan agar
senantiasa bertambah serta agar
kita dapat mendapatkan kemulian dan keridhoan dari Allah SWT, Amiin.
Semangat nderes, semangat ngaji
semangat berbuat baik dan semangat dalam menjalankan puasa pada Ramadhan ini.
Semoga bermanfaat !!! (MA/ Nailil Fithriyyah)
[3] Kitab Durrotin
Nashihin hal 12 cetakan Haramain dan Kitab Kasyifatun Naja hal. 8
cetakan Darul ‘Ilm
0 komentar:
Posting Komentar