"Damai Menyejukkan" Official Blog of Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Nurussalam

Video of the Day

Maret 16, 2012

Perjalanan Spritual Mencari Cinta Yang Haqiqi



Dalam hadist Ar-bai’in Nawawi, kita menjumpai hadist yang membahas  bab Imam, Islam dan Ihsan. dalam kronologis kejadiannya pada saat itu ada orang yang berpakaian putih dan datang mendekat pada nabi. Dan orang itu bertanya tentang iman, islam dan ihsan. dalam hal ini, penulis bertanya tentang kronologi pertanyaan itu, mengapa yang ditanyakan adalah hal keimanan terlebih dahulu? Kenapa tidak keislaman atau ihsan dahulu?.
Dalam hadis tersebut diterangkan tentang makna dari iman itu, kemudian islam dan ihsan. diterangkan secara runtut, penulis mempunyai argument bahwa pengajaran yang runtut itulah yang membawa kita untuk Mahabbah kepada Allah, jika penulis buatkan alurnya seperti ini :
Iman => Islam => Ihsan => Taqwa, kemudian dari Taqwa menurunkan sikap cinta, ridha, tawakkal, muroqobah & taubat.  Jika penulis ibaratkan seperti ini:
Ilmu (pengetahuan) tentang keimanan itu merupakan sebuah perkenalan antara manusia dengan Tuhan.  Misalnya: pada suatu hari kita bertemu dengan teman kita dan memberi informasi bahwa Tuhan itu ada, Yang Maha dari Segala Maha. Disinilah ada proses rasa penasaran yang timbul dalam hati, yang mempertanyakan siapa Tuhan, sifatnya seperti apa sampai dia berkata sedemikian seriusnya (seperti orang yang penasaran dengan nama dan rupa orang lain yang dibicarakan teman). Kemudian timbulah proses ta’aruf, yaitu dengan berislam. Dalam islam, kita diajarkan bagaimana beribadah dan bermuamalah sesuai dengan kehendak Tuhan (syari’at) (seperti orang yang baru berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal, ingin mendalami seluk beluknya). Dan pada saat inilah kita sudah merasakan rasa nikmat berkenalan dengan orang yang baru dikenal tersebut yang kemudian menimbulkan rasa Ihsan, rasa yang seakan sudah saling mengenal baik, Dia tahu aku, dan aku tahu Dia. Setelah hal tersebut semakin menjadi kuat. Maka timbul rasa ingin selalu mengikuti apa yang orang dia mau, karena kita sudah tahu, pasti yang diinginkan adalah hal yang terbaik. Dan ini yang disebut Taqwa.
Taqwa. Perasaan itu akan mengarah pada cinta (Mahabbah). Dan seperti orang yang sedang jatuh cinta, pasti kita tidak ingin terjadi sesuatu pada orang yang dicintai, tidak ingin membuat yang dicintai marah, dan rela berkorban untuknya dengan pengorbanan setulus-tulusnya tanpa menginginkan balasan dari sang kekasih, itulah yang dinamakan ridha dan ikhlas. Kemudian timbul perasaan kita selalu dekat dengan pujaan hati, dimanapun dia berada. Yakin sang bahwa kekasih selalu ada di dekatnya itulah muroqobah, dan pada saat melakukan sesuatu pasti hatinya selalu terpaut padanya, dan yakin yang dicintainya selalu membantu dalam setiap kesulitan yang dihadapi inilah yang dinamakan tawakal. Sebagai manusia, kita pasti tidak akan terlepas dari kesalahan, dan dikala melakukan kesalahan, walupun kesalahan yang tak disengaja, Pasti akan langsung meminta maaf dan bertaubat dengan penuh penyesalan dan berjanji tak akan mengulangi lagi kesalahannya.
Indah sekali bukan jika Iman, Islam kemudian menghasilkan Ihsan, dan akhirnya Taqwa yang membuahkan cinta itu ada pada setiap manusia. Pasti dunia ini akan damai, tak ada perang, tak ada kesedihan karena kemiskinan.



By: Muhammad Danuwiyoto


Nurussalam

Author & Editor

Tim NUSA Media



0 komentar:

Posting Komentar

Social Time

Facebook
Like Us
Google Plus
Follow Us
Instagram
Follow Us
Youtube
Subscribe Us

Subscribe to our newsletter

(Get fresh updates in your inbox. Unsubscribe at anytime)